"Nak, kupas 4 apel," katanya.
Karena si anak sadar kemampuannya dalam mengupas apel tidak baik, iapun menjawab,"Tidak bisa,"
"Tidak bisa?" ibu bertanya
"Ya, bukan tidak mau. Tapi tidak bisa,"
"Sudah tidak usah banyak omong, cepat kupas apel nya!" Si ibu berkata dengan nada sedikit membentak. Mendengar hal itu, anak itu pun beranjak dari tempatnya menuju dapur dan berkata, "Baiklah, tapi kalau hasilnya jelek, jangan marah ya bu,"
Maka anak itu membuka kulkas dan mengambil sebuah apel. Dengan amat berhati-hati, ia mulai mengupas apel itu dengan pisau. Pertama dibagi dulu menjadi 4, kemudian dikupasnya perlahan-lahan. Benar saja, hasil kupasannya tidak baik. Kulit apelnya terkupas tidak rata. Namun ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.
Tak lama kemudian si ibu datang ke dapur. Melihat hasil kupasan apel anaknya, ia berkata dengan nada yang kurang mengenakkan, "Kamu itu bilangnya tidak bisa, sebenarnya tidak niat kan,"
"Tapi aku memang benar tidak bisa, ini juga aku sedang berusaha bu,"
"Tidak bisa tidak bisa, lantas kamu bisanya apa ?!" si ibu membentak.
Terkejut dibentak seperti itu, sang anak pun membalas, "Mending ibu diam saja. Ini juga aku sedang berusaha. Seharusnya ibu memberi tahu aku cara yang benar, bukannya malah membentak,"
"Kamu jangan ngelawan ya! Mana ada orang yang tidak bisa mengupas apel?! Kamu itu orangnya aneh. Bisa apa kamu?!"
Si anak pun terdiam, namun tetap ia melanjutkan usahanya mengupas apel yang masih belum juga selesai, 1 buah apel itu.
Melihat apel yang dikupas mulai menghitam, si Ibu pun memanggil ayah, "Ayah! Lekas turun kebawah, bantu kupaskan apel,". Dan tak lama kemudian, si ayah turun.
Si ayah melihat hasil kupasan milik anaknya dan ia berkata, "Lain kali, dipotong menjadi 8 bagian terlebih dulu, jadi bijinya mudah dibuang, dan lebih mudah untuk dikupas,". Si anak mengangguk.
Saat si ayah hendak mengambil alih apel dari tangan anaknya, si ibu mencegahnya dengan berkata, "Jangan kau ambil yang sedang ia kerjakan. Ambil lah dari kulkas,". Lalu si ayah mengambil 3 butir apel dari kulkas, dan ia pun memotong apel di sisi bersebrangan dengan si anak.
Ketika si anak akhirnya tuntas mengupas apel, si ayah telah selesai mengupas 2 apel. Kemudian si ayah membawa apel terkahir yang belum dikupas dan mendekat ke si anak. Ia memegang apel tersebut dan menunjukan cara memotong yang benar kepada anaknya. "Lihat, pertama potong dulu menjadi 8 bagian.. Jadi lebih mudahkan untuk membersihkan bijinya? Kemudian, baru kupas perlahan-lahan," si ayah menerangkan dengan sabar.
Si anak pun mengambil satu bagian apel dan mencoba untuk mengupasnya. Melihat hasil potongannya masih tidak rata, ia pun bertanya pada ayahnya, "Bagaimana sih caranya supaya bisa memotongnya dengan rata?"
"Tekan perlahan-lahan, ikuti arah pisau dengan ibu jari," dan si ayah mencontohkannya kepada si anak.
Alhasil potongan apel milik si anak terlihat lebih membaik dari sebelumnya.
-The End-
Cerita yang anehkah? Keliatan kan perbedaan si ayah sm si ibu?
Si ibu mencegah si ayah buat ngebantu anaknya, itu suatu tanda ia pengen anaknya bisa mengupas apel dengan sendirinya. Ia mendidik anaknya dengan cara yang keras.
Sementara si ayah ngajarin anaknya ngupas apel dengan kesabaran.
Bersikap keras memang ada baiknya, dengan niat mengajar anak biar jadi mandiri. Namun, si anak juga manusia, dimana manusia butuh bimbingan.
Ngupas apel ini cuma contoh kecil. Nyatanya adalah gimana orang tua mengajar dan membimbing anaknya dalam menjalani hidup.
Lantas, mau jadi orang tua macam manakah kita kelak?
(padahal masih lama juga sih hahaha)
No comments:
Post a Comment