Sesuatu yang aneh terjadi dalam hidup gua hari ini, yang bikin gua sepanjang hari merenung tentang sebuah kata. Kata yang mungkin ditakutkan oleh orang-orang, dihindari, tidak mau dibayangkan, bahkan mungkin menjadi hal taboo untuk dibicarakan. Kematian. Death. The birthday of eternity.
Selama 20 tahun hidup, udah cukup banyak gua melihat orang lalu lalang dalam misteri terbesar kehidupan. Tante, Om, Oma, tetangga, bahkan teman. Suatu kejadian yang bener-bener bikin gua yang saat itu masih kecil mengerti tentang kematian seseorang adalah ketika tetangga gua yang meninggal. Anak perempuan, umurnya lebih muda dari gua. Dari dia lahir sampai saat-saat sebelum dia meninggal, gua lihat. Dari dia masih bayi, dia belajar naik sepeda, dan sering naik sepeda di depan rumah. Dan tiba-tiba aja dapet berita dia meninggal karena sakit demam berdarah. Umur gua masih belasan saat itu, dan di umur belasan itu gua sudah melihat seumur hidup seseorang.
No one can expect death.
Gak ada yang tahu kapan dia datang.
and worse, kepada siapa dia akan datang.
Dan kita juga gak bisa menghindar darinya.
It is the part of life itself.
Mungkin kalian yang ngebaca post ini akan mikir gua aneh, kenapa gua udah bisa berpikir soal kematian. Nggak kok, bukannya gua mau meninggalkan dunia. Bukan juga karena gua takut sama hal itu. Tapi lebih ke gua sadar, betapa pendeknya hidup manusia itu. Bayangin, gua harus kehilangan seorang Om yang cukup dekat sama gua padahal dia baru aja berkunjung ke rumah beberapa hari yang lalu. Kebetulan gua lagi di Jakarta juga saat itu. Siapa yang nyangka? Gak ada.
Dan kadang gua suka bertanya sama diri gua sendiri, kalau dipanggil sekarang, sudah siapkah? Ada gak hal-hal yang akan gua sesali?
Ada. Banyak.
Most of it kepikiran sama orang tua. Gua sudah banyak menyusahkan mereka, dan belum bisa membahagiakan mereka.
But then again, no one knows where death is going to come.
Bertanya lagi ke diri sendiri. Gimana kalau dia datang ke orang terdekat? Hancur gua pastinya. Dan lebih banyak lagi penyesalan yang bisa gua bayangkan.
...
Setelah banyak bergerumul dengan pikiran-pikiran mengenai kematian, datanglah mengenai kehidupan.
Bersyukurlah pagi ini kamu bangun.
Bersyukurlah pagi ini, Dia tidak lupa membangunkan kamu.
Bersyukurlah hari ini, kamu masih bisa bertemu, berbicara, menyapa mereka.
Kalau belum disapa, sapalah.
Perlakukan orang-orang di sekitarmu sebaik-baiknya.
Bersyukurlah hari ini, kamu masih dikasih kesempatan untuk hidup, satu hari lagi.
Dan yang terakhir, lakuin hal-hal yang ingin kamu lakuin, yang memang harus kamu lakukan.
Sehingga saat dia datang menjemput kita, you leave no regret behind.
"The fear of death follows from the fear of life. A man who lives fully is prepared to die at any time."
Mark Twain
No comments:
Post a Comment