Monday, May 26, 2014

Di Penghujung Semester Enam

In the end of my sixth semester, let's just say I've experienced a lot of organizational activities run by my fellow university friends. Sudah banyak mengecap sama yang namanya kegiatan kemahasiswaan.


Dipaksa untuk melebur menjadi satu dengan teman-teman seangkatan, udah. Ngebuat acara angkatan untuk menyenangkan masyrakat program studi, udah. Masih juga dimarahin setelah ngebuat acara itu, udah. Mondar-mandir Ciumbuleuit cari sponsor, udah. Nongkrongin danus buat cari dana sampe dicap doyan jualan, udah. Turut kontribusi sama acara paling kece dan bergengsi di TI, udah. Mencoba masuk ke lembaga tertinggi di PM Unpar, udah. Merasakan politik, udah. Ketipu politik, udah. Nerima berbagai kritikan, udah. Nerima berbagai ancaman, udah. Saling bahu membahu untuk mencapai suatu tujuan bersama, udah banget.


I've met and known a lot of people. Mahasiswa. Literally berbagai macam semuanya. Bertemu merekalah yang bikin perjalanan gua di segala kegiatan kemahasiswaan jadi nggak membosankan.


Kembali lagi, ini udah di penghujung semester enam gua, which means very soon the last year in my university life will come. Tahun terakhir ini akan lebih gua fokuskan untuk studi gua sendiri. Rekapan akhir gua mengenai mahasiswa setelah melewati berbagai pengalaman itu adalah... Banyak memang mahasiswa yang kritis. Punya ide. Punya pemikiran bagus. Punya pandangan yang menarik. Tapi semua itu nggak berguna kalo cuma berhenti sampai situ. Ya. Jadi mahasiswa kritis memang bagus, harus bahkan, tapi lebih penting lagi untuk jadi mahasiswa yang solutif.


Pikiran yang kritis membantu kita memahami masalah. Cukup kah sampai situ? Tidak tentunya. Masalah ada untuk diselesaikan. Maka dari itu butuh solusi, butuh daya pikir yang solutif.


Banyak kebaikan yang udah gua lihat dari teman-teman seumuran gua itu. Gua percaya Indonesia bisa jadi lebih baik ketika penerusnya adalah seperti mereka. Sayangnya banyak juga kebobrokan yang udah gua lihat, membuat gua takut untuk membayangkan gimana Indonesia ke depannya ketika penerusnya adalah seperti mereka.


But then again, setelah berkali-kali dengerin lagu Man In The Mirror nya Michael Jackson yang di-cover sama James Morrison, we've got to change ourselves first before we can make a better change for the world (in this case I refer to our beloved country, Indonesia). Seringkali mereka yang sudah kritis maupun solutif itu kurang atau bahkan lupa berkaca sama diri mereka sendiri. Sudah sebaik apakah mereka? Sudah sebaik apakah SAYA? Pernyataan sudah sebaik apakah SAYA itu BUKAN utnuk menjadi penghalang kita merasa rendah diri untuk berpikir kritis dan solutif, tapi buat kita jangan pernah lupa juga untuk memperbaiki diri sendiri juga.


Maka disini solusi yang gua tawarkan adalah gua akan mengubah diri gua sendiri jadi yang lebih baik lagi. Belajar lebih rajin biar IP makin bagus. Kaga males-malesan. Menghargai orang lain. Dan seterusnya dan seterusnya.


Begitu juga dengan kamu yang baca ya.


Seandainya ada mahasiswa baru yang baca ini, terjunlah ke kegiatan kemahasiswaan. 100% guaranteed you will never regret what will come to you. Cuman ya sebagai calon tetua muda di kegiatan perkuliahan juga saya pesan jangan lupa belajarnya ya adek-adek. Inget tiket masuk buat cari kerja adalah IPK bagus. Gimana kita bertahan di dalamnya baru berdasarkan kepribadian kita sendiri, yang bisa kita kembangin dari kegiatan kemahasiswaan itu. Namun, gimana mau membuktikkan kepribadian kita kalo masuknya aja ngga bisa? Kalo tiket masuknya kita ga punya?


Sekian curahan hati dan pikiran saya untuk pagi yang cukup random ini. See ya guys.


REMEMBER TO FIX OURSELVES!

No comments:

Post a Comment